Translate

Rabu, 03 Juni 2015

Kenangan yang Terindah

Kasihku Yang Telah Hilang



Jantungku bergetar senada nafasku
Kala ku tatap mentari senja yang makin merah
Semerah hatiku yang resah di himpit gelisah
Setiap ku mengenang dirimu

Kasih …
Akankah juga kau rasakan
Terbenam dalam penantian panjang
Bergelut dengan rindu yang kian menggoda

Kasih …
Dapatkah aku memiliki cintamu
Cinta yang pernah kau berikan dulu
Walaupun saat ini kau jauh dariku
Sejauh mentari senja yang maya

Aku rindu tatapan matamu
Rindu akan belaian kasih sayangmu
Tapi … Mungkinkah dapat ku miliki lagi
Sedang dunia kita telah berbeda ... !!!


By. Addakhil Alam
02 Agustus 2011

Puisi yang tercipta dari kisah kita,,, dan takkan pernah menyesal mengenal dirimu... !!!
Kau adalah kisah yang terindah dalam hidupku ...
Terima kasih buat semuanya ...
senyum dan candamu yang setiap saat selalu menemaniku ... !

Buat "seseorang" yang disana,,, dimana pun kamu berada ... !!! Maaf ,,, jika ada salah dan nggak pernah bisa memberikan serta menjadi yang terbaik untukmu ... !!!
Hanya seuntai do'a yang kupanjatkan untukmu ...
" Barokallahulaka " 
" Mudah2an kebahagiaan selalu menyertaimu " 
Terimalah segala kekurangan dan kelebihan suamimu kelak,,, serta menjadi seorang istri yang sholeha buat suamimu dan teladan bagi anak - anakmu,,, dan menjadi keluarga  yang sakinah mawaddah wa rohmah.
Amin Ya Robb ...

Mungkin inilah jalan yang terbaik buat kita berdua ... !!!

" Manusia boleh saja berencana
tapi tetap Allah-lah yang menentukan "



Senin, 01 Juni 2015

Mencari Damai

Telaga Damai

Semenjak detak langkah terhenti berputar
Berpilin mengitari relung jiwa yang sepi
Bertanya pada langit hati
" Dimanakah telaga kedamaian itu ??? "

Kian terpuruk dalam terangnya jagad
Hanya sebungkus penyesalan tersimpan
Di dalam saku kerinduan

Telah berapa lama hari menjelang
Kadang lentera kecil mewarna kelam
Namun ...
Ujung kehidupan tetap tak terlihat
Sepi dalam tidur panjang
Bagai garis tak bertepi ...
Diam ... membisu ...


By. Addakhil Alam
13 September 2013




Minggu, 31 Mei 2015

Secuil Cinta dari Sang Pecinta

Cinta Tak Bersyarat


Untuk apa aku mencinta???
Bila itu membuatku jauh dariMu

Karena apa aku mencinta???
Bila itu membuatku berpaling dariMu

Untuk siapa aku mencinta???
Bila itu membuatku tersiksa

Mengapa aku mencinta???
Bila itu membuatku kehilanganMu

Bagaimana jika aku mencinta???
Bila itu semua membuatku terluka

Aku hanya ingin mencinta
Tanpa suatu alasan
Untuk apa???
Karena apa???
Untuk siapa???
Mengapa??? dan
Bagaimana???

Aku hanya ingin mencinta
Atas dasar Keikhlasan dan
keridhoanMu ...


By. Addakhil Alam


Masih adakah dalam kerendahan hati kita untuk mencinta tanpa embel2 apa pun??? Benarkah kita masih bisa mencinta tanpa kepalsuan dalam diri kita???
Tanpa memandang status yang melekat ... !!!

Sabtu, 30 Mei 2015

Kebodohanku dan Nelayan Tua

# Pahami dan Selamilah ...
   Jangan hanya karena "KATANYA" ... #



 Sekedar renungan kecil ... !!!

Sore itu ketika matahari mulai terbenam, aku bersama nelayan Tua asyik ngobrol dibale panjang depan rumahnya menghadap pantai. Kesederhanaan hidupnya tercermin dalam rutinitas sebagai nelayan yang nampak selalu tegar dan murah senyum dalam lingkungan kelurga kecilnya. Dalam obrolan perkenalan ini ada hal yang membuatku tergelitik untuk mengetahui lebih dalam tentang prinsip hidup nelayan Tua ini. Ketika aku melontarkan pertanyaan apa yang bisa membuat pak Tua ini begitu tegar, murah senyum dan nampak bersemangat yang menyiratkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam hidupnya. Pak Tua, apa sebenarnya yang membuat bapak begitu semangat dan terkesan santai ( tidak ngoyo ) menjalani hidup ini, ” aku berseloroh “. Mas, Urip kwi nggur ” sawang sinawang ” sergah pak Tua. Donyo brono dudu ukuran seng biso ndadekno menungso urip bungah utowo seneng, begitu pak Tua menambahkan. Urip kuwi biso digawe gampang ugo biso digawe susah. Intine ” Gampange wong Urip kwi, Uripe wong Gampang. Angele wong Urip kwi Uripe wong Angel “. Intine Susah lan seneng kuwi ono njerone awake dhewe, dudu onok njabane awak dadine nek jarene piwulang Agomo, Surgo lan Neroko iku yo neng njerone awake dhewe seng wes diraksakno saiki dudu mengko lek wes tumekaning pati. Sebelum pak Tua melanjutkan pembicaraannya, aku menyela…” Loh, bukannya di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Surga dan Neraka bisa ditemui di alam akherat nanti pak??? “. Pak Tua menimpali, Lo iku lak jarene Tulisan nok Kitab Suci, opo sampeyan percoyo karo tulisan???. Perkataan pak Tua ini membuatku tertarik untuk melanjutkan diskusi sambil cangkruk di bale panjang sambil ditemani suguhan wedang Kopi. Dengan semangat akupun melanjutkan pertanyaan seperti di bawah ini :

Santri Gondrong : Mengapa orang mesti beragama?
Nelayan Tua : Siapa yang mengatakan mesti? 
Santri Gondrong : Sejak kecil aku dinasehati untuk menjadi orang yang taat beragama, karena hanya dengan demikian orang akan masuk surga. Lebih khusus, lagi, aku juga diajari bahwa hanya yang memeluk Islam yang bakal masuk surga.
Nelayan Tua : He ... he … he .... dan engkaupun percaya?
Santri Gondrong : Mau tidak mau, karena hanya dengan begitu aku bisa masuk surga. Siapa yang tak ingin masuk surga?
Nelayan Tua : Lantas, apa yang kau maksud dengan surga?
Santri Gondrong  : Menurut berita yang kuterima, itu adalah sebuah tempat yang teramat indah, yang didalamnya ada kebun yang indah, sungai mengalir di bawahnya, dan yang paling menarik ... ada bidadari-bidadari yang teramat cantik.
Nelayan Tua : Ooooo….jadi engkau berjuang menjadi pemeluk agama yang taat agar bisa menikmati semua itu?
Santri Gondrong : Ya, kurang lebih begitu.
Nelayan Tua : Bagaimana jika semua itu tak ada? Apakah engkau masih akan taat beragama?
Santri Gondrong : Aku belum memikirkannya… !!!
Nelayan Tua : Ternyata … engkau itu pribadi yang tak ikhlas. Kau berbuat sesuatu karena ada maunya alias ada pamrih ... !!!
Santri Gondrong : Bukan begitu… aku hanya mengikuti apa yang diajarkan kepadaku.
Nelayan Tua : He... he… he ... kini engkau berkilah … Tapi baiklah … Apakah yang mengajarkanmu demikian, pernah melihat surga? Apakah mereka tahu pasti bahwa surga itu ada?
Santri Gondrong : Aku tak yakin. Yang kutahu ... mereka mengatakan surga itu ada karena itulah yang dikatakan Kitab Suci… !!!
Nelayan Tua : Oh ... jadi diapun belum pernah tahu dan melihat sendiri … !!!
Santri Gondrong : Lalu apa salahnya ... Bukankah yang dikatakan Kitab Suci itu pasti benar?
Nelayan Tua : Yang bilang salah siapa? Aku hanya ingin tanya, Apakah pemahamanmu, dan pemahaman orang-orang yang mengajarimu tentang yang dikatakan di dalam Kitab Suci itu pasti benar?
Santri Gondrong : Kalau boleh jujur, kemungkinannya bisa benar ya bisa salah ... !!!
Nelayan Tua : Lalu, apa yang bisa menjadi tolak ukur bahwa pemahaman itu benar atau salah … !!!!
Santri Gondrong : Bukankah..pemahaman terhadap Kitab Suci itu sudah baku? Bukankah semua ulama memahami bahwa memang surga itu seperti yang dikatakan di dalam kitab suci, dan bahwa itu hanya diperuntukkan bagi orang Islam?
Nelayan Tua : Itulah masalahnya … Kamu menganggap sesuatu yang cuma merupakan pemahaman, persepsi, hasil olah pikiran sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan baku … !!!
Santri Gondrong : Lalu …Bagaimana semestinya ?
Nelayan Tua : Mari kita bicara tentang sebuah samudera. Menurutmu ... Bagaimana caranya agar kita bisa tahu tentang samudera itu? Apakah kita sudah punya alat untuk mengetahuinya?
Santri Gondrong : Dengan mataku, aku bisa melihat permukaan samudera yang biru … kadang aku bisa melihat kapal berlayar di permukaan samudera itu.
Nelayan Tua : Baik … Lalu apa yang ada di balik permukaan samudera itu? Ada apa di kedalamannya?
Santri Gondrong : Aku bisa menduga-duga dengan pikiranku..mungkin di dalamnya banyak ikan,,, mungkin juga ada terumbu karang atau barangkali ada kapal selam ... !!!
Nelayan Tua : Apakah pasti demikian yang ada di dalam samudera?
Santri Gondrong : Ya belum tentu ... !!!
Nelayan Tua : Satu2nya cara untuk mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam samudera itu kamu harus menyelam. Kamu harus masuk ke kedalaman ... !!!
Santri Gondrong : Tentu saja ...
Nelayan Tua : Lalu bagaimana caranya agar kamu bisa tahu hakikat surga?
Santri Gondrong : Pertama,,, aku sekadar mempercayai apa yang dikatakan oleh orang yang menurutku pintar… Kedua, aku gunakan akalku untuk menduga-duga seperti apa surga itu. Tapi jelas, aku memang tak akan tahu banyak tentang surga jika begitu. Yang paling mungkin membuat aku tahu kebenaran surga,,, ya aku harus masuk dulu ke situ ... Aku harus menyaksikannya langsung … !!!
Nelayan Tua : Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukannya?
Santri Gondrong  : Bukankah itu tak perlu? Bukankah sudah ada kitab suci? Bukankah sudah ada ulama yang membimbing kita?
Nelayan Tua : Kalau kau tak lakukan,,, kau tak akan pernah tahu kebenaran sesungguhnya… kau hanya akan terus dalam praduga, prasangka… Bahkan sejatinya, kau juga tak akan tahu apakah yang selama ini kau yakini, yang kau terima sebagai ajaran dari sekian banyak orang yang kau anggap pandai itu, benar atau salah … !!!
Santri Gondrong : Anda benar…..tapi mungkinkah?
Nelayan Tua : Di dalam dirimu… Sesungguhnya ada pintu gerbang untuk mengetahui hakikat kebenaran yang selama ini tersembunyi?
Santri Gondrong : Apa itu ??? Aku tak pernah mendengar hal itu … !!!
Nelayan Tua : Ha ... ha … ha ….
Santri Gondrong : Mengapa tertawa ???
Nelayan Tua : Kau naif sekali… Kau yakin sekali sebagai pemilik tunggal surga, tapi hal sepele begitupun kau tak tahu ... !!!
Santri Gondrong : Ajari aku… aku sadar bahwa aku memang naif.
Nelayan Tua : Untuk bisa menemukan gerbang itu kau harus melakukan banyak hal: kau harus singkirkan kedengkian, amarah, keserakahan, dan berbagai keburukan lainnya dari dalam hatimu ... !!! Lalu, kau sering-seringlah memasuki alam keheningan..buat pikiranmu diam sejenak..biarkan dirimu berhubungan dengan suara di dalam hatimu… Berikutnya… kau harus berbuat baik kepada semua yang ada di sekitarmu… termasuk kepada pepohonan, bebatuan, langit, penghuni langit, tetangga, leluhur, dan semuanya … !!!
Santri Gondrong : Berat sekali ...
Nelayan Tua : Ha, ha.. ha ... begitu saja sudah berat kok yakin jadi pemilik surga … !!!
Santri Gondrong : Dalam hati aku misuh misuh pada diriku sendiri… Diampuuuuuuttt … aku memang GEMBLUNG..!!.
Nelayan Tua : Ya sudah,,, berhubung sudah larut kita akhiri jagongan ini, istirahat dulu bukannya besok kau akan menyelam??? nanti kau akan tahu sendiri keindahan di dalam laut setelah kau menyelaminya sendiri bukan dari cerita2 yg dituliskan orang lain dalam buku ... !!!
Santri Gondrong : Baik pak, terima kasih sudah bersedia menemani dan mengantarkan saya menyelam besok pagi.


Jaman Wis Akhir

Cak Nun Kyai Kanjeng :              Jaman Wis Akhir

Kalau memang yang bisa engkau pahami hanyalah kemauan, kepentingan, dan nafsumu sendiri, dan bukannya kerendahan hati untuk merundingkan titik temu kebersamaan, maka siapkan kekebalan dari benturan-benturan dan luka, untuk kemudian orang lain menggali tanah untuk menguburmu.

Kalau memang engkau bermaksud menyulap sejarah dan mengubah zaman dalam sekedipan mata, dan bukannya bersabar menggembalakan irama dan proses, maka nantikan darah akan muncrat membasahi tanah airmu, kemudian engkau sendiri akan terjerembab, terjatuh di terjalan-terjalan ketidakberdayaan.

Kalau memang sesembahanmu kenikmatan di dalam membenci, adalah mabuk di dalam teriakan caci maki, atau keasyikan di dalam kecurangan-kecurangan, maka ambil pedangmu, angkat tinggi-tinggi, dan mulailah menabung kerelaan untuk engkau sendiri, mati.

Kalau engkau menyangka bahwa benarnya pendapatmu sendiri itulah kebenaran, maka apa boleh buat, aku mendaftarkan diri untuk melawanmu.

Kalau engkau mengira bahwa benarnya orang banyak adalah segala-galanya, di mana langit mimpi-mimpi bisa engkau raih dengan itu, maka jangan sekali-kali menghalangiku untuk mengedari langit, dan kupetik kebenaran yang sejati untuk aku taburkan ke bumi tanpa bisa engkau halangi.

Dan kalau memang bagimu kehidupan adalah perjuangan untuk berkuasa dan mengalahkan saudara-saudaramu sendiri, kalau engkau kira kehidupan adalah saling mengincar untuk menikam dari belakang, atau untuk mengganti monopoli dengan monopoli baru, menggusur hegemoni dengan hegemoni baru, serta mengusir macan untuk engkau macani sendiri, maka apakah itu usulanmu agar kita mempercepat keputusan untuk saling memusnahkan?

***Kalau memang yang engkau pilih bukan kearifan untuk berbagi, melainkan nafsu untuk menang sendiri, maka terimalah kehancuran bagi yang kalah dan terimalah kehinaan bagi yang menang.

Kalau memang yang mengendalikan langkahmu adalah rasa senang dan tidak senang, dan bukannya pandangan yang jujur terhadap kebenaran, maka buanglah mereka yang engkau benci, dan bersiaplah engkau sendiri akan memasuki jurang.

Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Akale njungkir, akale njungkir negarane guncang
Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Akale njungkir, akale njungkir negarane guncang

Awan berarak, nyawa manusia berserak-serak
Badai menghantam, laut terbelah, bumi terpecah
Orang bikin luka, orang menganiaya diri sendiri
Sirna akalnya, lenyap imannya, hilang jejaknya

Jaman wis akhir, jaman wis akhir dunyane sungsang
Makmume gingsir, makmume gingsir, imame ilang
Jaman wis akhir, jaman wis akhir dunyane sungsang
Makmume gingsir, makmume gingsir, imame ilang

Orang menangis, keranda berbaris di bawah gerimis
Hamba bersimpuh, hamba bersujud, ngeri dan takut
Orang mencakar, orang menampar wajahnya sendiri
Hamba terkapar, jiwa terbakar oleh sepi

Jaman wis akhir, jaman wis akhir langite peteng
Atine kafir, atine kafir uripe meneng
Jaman wis akhir, jaman wis akhir langite peteng
Atine kafir, atine kafir uripe meneng

Duh Gusti Allah adakah sisa kasih sayang-Mu
Hamba celaka, hamba durhaka tidak terkira
Di manakah hamba sembunyi dari murka-Mu
Selain dalam tak terbatasnya cinta kasih-Mu

Jaman wis akhir, jaman wis akhir banjire bandang
Sing mburi mungkir, sing mburi mungkir sing ngarep edan
Jaman wis akhir, jaman wis akhir banjire bandang
Sing mburi mungkir, sing mburi mungkir sing ngarep edan

***

Kalau untuk memperoleh kemenangan harus engkau curangi saudaramu sendiri, kalau untuk memperoleh kejayaan harus engkau jegal kaki saudaramu sendiri, kalau untuk memperoleh kekuasaan harus engkau singkirkan saudaramu sendiri, kalau untuk mendapatkan pengakuan harus engkau tiadakan saudaramu sendiri, kalau untuk memperoleh kemulyaan harus engkau perhinakan saudaramu sendiri, dan kalau untuk bisa menegakkan hidupmu engkau memerlukan kematian saudaramu sendiri, maka apa bedanya engkau dengan monster-monster yang engkau kutuk-kutuk itu? Dan katakanlah kepadaku apa yang bisa engkau andalkan untuk merangsang cinta dan dukunganku atasmu?

Keberanian adalah jika ada seekor rusa, domba, anak ayam yang tidak bersembunyi dari auman singa si raja rimba, kemudian bahkan tidak lari dari cengkeramannya, meskipun untuk itu ia mampus dilumat-lumat oleh taring sang singa. Namun ketika singa itu tergeletak lumpuh badannya, hilang taringnya, dan tidak terdengar aumannya, lantas datang beribu-ribu serigala mengerubutinya, mencabik-cabik badannya, melumurinya dengan air liur, itu sama sekali bukan keberanian, melainkan kepengecutan.

Kamu juga lihat di hutan yang lain, berpuluh-puluh tahun sang macan memerintah dan menguasai hutan, jutaan binatang penghuni rimba selalu berlari menjauh ke semak-semak kebisuan, beribu-ribu hewan lainnya berkerumun di sekitar sang raja, macan itu, mematuhi perintahnya. Tatkala sang macan jatuh dari kekuasaannya, jutaan penghuni hutan lega hatinya, sementara ribuan penjilat-penjilat beralih mengutuk sang macan, menampilkan diri sebagai pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa, yang senantiasa menyebut-nyebut kepedulian dan pembelaan atas seluruh penghuni hutan. Itu juga bukan patriotisme, melainkan kehinaan.


Jumat, 29 Mei 2015

Filosofi Daun

Daun ???



Jadilah seperti daun, walau tak seindah bunga tapi ia tetap mempunyai peran yang lebih utama dari bunga.

Daun adalah organ terpenting bagi tumbuhan untuk melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Kita tahu bahwa proses fotosintesis sendiri berlangsung didalam daun. Dimana dibutuhkannya CO2 dan klorofil dengan bantuan sinar matahari maka menghasilkan O2 yang dibutuhkan bagi kehidupan makhluk lainnya. Seperti hewan dan juga manusia.

Belajar hidup dari filosofi daun. Karena daun tahu bahwa ia bertugas memberi kehidupan untuk pohonan. Maka ia menjalankan tugasnya sebagai daun dengan tidak menuntut menjadi akar, karena ia sadar akan kodratnya sebagai daun.

Daun tahu suatu saat ia pasti akan rontok, ia jatuh ke tanah. Karena itu ia pun tidak membenci ketika angin menjatuhkannya. Atau pun marah ketika ulat-ulat menggerogoti dirinya. Ia adalah contoh sifat pasrah atas kodratnya. Penyerahan hidup atas segala kepemilikannya. Yang tertuju baginya ialah manfaat yang mampu ia berikan kepada lainnya.

Pada saat ia jatuh berguguran ia tetap memandang tunas-tunas yang tumbuh menggantikannya. Tugasnya memberi kehidupan kepada pohon tidak pernah purna meski ia telah jatuh dari dahannya.

Ketika daun telah jatuh ke tanah dirinya tetap bisa bermanfaat bagi kehidupan lainnya. Ia menjadi makanan cacing, menjadi humus yang memberikan mineral-mineral lain bagi kehidupan sang pohon. Mengapa kita tidak belajar kepada daun yang tetap bermanfaat bagi kehidupan kendati ia telah rontok ke tanah???

Oleh : Ayda idaa


Thanks buat catatan kecilnya mbak Ayda,,,

Inti dari filosofi daun adalah Jadilah orang yang bermanfaat buat sesama manusia dan alam sekitar tanpa perlu mengharapkan apa pun ... !!! Teringat dengan kata - kata

" Ukuran kemuliaan diri pribadimu akan terlihat pada bagaimana kualitas keseharianmu menyangkut hubunganmu dengan Tuhan,,, sesama manusia,,, dan alam semesta ... !!! "

Setidaknya kita berusaha menabur benih kebaikan dimuka bumi (meskipun sebutir debu).
Andai saja semua manusia dibumi bersikap dan berpikir seperti ini,,, tentu saja tidak akan lagi ada PERANG ... !!!
Ketika manusia menyadari dirinya sebagai

"Manusia Yang Seutuhnya" ... !!!

Mungkinkah ini bisa terjadi ??? Hanya waktu yang bisa menjawab ... !!!





Masa Pencarian


Maknai Diri

Meski akhirnya tak ku pahami juga
Mengapa burung yang ku terbangkan untukmu
Tak pernah kembali pada ufuk
Padahal telah ku toreh langit
Agar kau berdiri melafal abjad waktu
Seribu cahaya yang tercipta dari percik api
Telah ku terjemahkan menjadi bait puisi

Telah ku ajari lewat matahari
"Perlawanan ini makin sepi?" begitu katamu
Seraya kau campakkan vas bunga ke halaman nurani
Vas pun pecah dan gemerincing sampai ulu hati
Lalu di hembus angin ........
Aku pun menjerit meratapi malam,,, gelisah ...

Kini ... Aku tak sanggup lagi menjerat burung
Meski bunga-bunga yang ku rangkai
Telah ku persembahkan bidadari

"Keabadian yang sunyi?" katamu lagi
Namun siapa berani bertaruh
Melewati padang .... sedang lentera di tangan
Menyulut jemarimu

Ketika itu ku terbangkan kembali
Burung-burung malam
Namun ,,, bintang-bintang berguguran
Lalu ku raih dan ku simpan
Dalam lemari jiwa ku

" Inikah keabadian yang sunyi ???"
Aku tak sanggup lagi berseru pada langit
Dan pasrah pada takdir Illahi
Untuk belajar maknai diri ... !!!


By. Addakhil Alam
15 Mei 2011