Translate

Sabtu, 30 Mei 2015

Kebodohanku dan Nelayan Tua

# Pahami dan Selamilah ...
   Jangan hanya karena "KATANYA" ... #



 Sekedar renungan kecil ... !!!

Sore itu ketika matahari mulai terbenam, aku bersama nelayan Tua asyik ngobrol dibale panjang depan rumahnya menghadap pantai. Kesederhanaan hidupnya tercermin dalam rutinitas sebagai nelayan yang nampak selalu tegar dan murah senyum dalam lingkungan kelurga kecilnya. Dalam obrolan perkenalan ini ada hal yang membuatku tergelitik untuk mengetahui lebih dalam tentang prinsip hidup nelayan Tua ini. Ketika aku melontarkan pertanyaan apa yang bisa membuat pak Tua ini begitu tegar, murah senyum dan nampak bersemangat yang menyiratkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam hidupnya. Pak Tua, apa sebenarnya yang membuat bapak begitu semangat dan terkesan santai ( tidak ngoyo ) menjalani hidup ini, ” aku berseloroh “. Mas, Urip kwi nggur ” sawang sinawang ” sergah pak Tua. Donyo brono dudu ukuran seng biso ndadekno menungso urip bungah utowo seneng, begitu pak Tua menambahkan. Urip kuwi biso digawe gampang ugo biso digawe susah. Intine ” Gampange wong Urip kwi, Uripe wong Gampang. Angele wong Urip kwi Uripe wong Angel “. Intine Susah lan seneng kuwi ono njerone awake dhewe, dudu onok njabane awak dadine nek jarene piwulang Agomo, Surgo lan Neroko iku yo neng njerone awake dhewe seng wes diraksakno saiki dudu mengko lek wes tumekaning pati. Sebelum pak Tua melanjutkan pembicaraannya, aku menyela…” Loh, bukannya di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Surga dan Neraka bisa ditemui di alam akherat nanti pak??? “. Pak Tua menimpali, Lo iku lak jarene Tulisan nok Kitab Suci, opo sampeyan percoyo karo tulisan???. Perkataan pak Tua ini membuatku tertarik untuk melanjutkan diskusi sambil cangkruk di bale panjang sambil ditemani suguhan wedang Kopi. Dengan semangat akupun melanjutkan pertanyaan seperti di bawah ini :

Santri Gondrong : Mengapa orang mesti beragama?
Nelayan Tua : Siapa yang mengatakan mesti? 
Santri Gondrong : Sejak kecil aku dinasehati untuk menjadi orang yang taat beragama, karena hanya dengan demikian orang akan masuk surga. Lebih khusus, lagi, aku juga diajari bahwa hanya yang memeluk Islam yang bakal masuk surga.
Nelayan Tua : He ... he … he .... dan engkaupun percaya?
Santri Gondrong : Mau tidak mau, karena hanya dengan begitu aku bisa masuk surga. Siapa yang tak ingin masuk surga?
Nelayan Tua : Lantas, apa yang kau maksud dengan surga?
Santri Gondrong  : Menurut berita yang kuterima, itu adalah sebuah tempat yang teramat indah, yang didalamnya ada kebun yang indah, sungai mengalir di bawahnya, dan yang paling menarik ... ada bidadari-bidadari yang teramat cantik.
Nelayan Tua : Ooooo….jadi engkau berjuang menjadi pemeluk agama yang taat agar bisa menikmati semua itu?
Santri Gondrong : Ya, kurang lebih begitu.
Nelayan Tua : Bagaimana jika semua itu tak ada? Apakah engkau masih akan taat beragama?
Santri Gondrong : Aku belum memikirkannya… !!!
Nelayan Tua : Ternyata … engkau itu pribadi yang tak ikhlas. Kau berbuat sesuatu karena ada maunya alias ada pamrih ... !!!
Santri Gondrong : Bukan begitu… aku hanya mengikuti apa yang diajarkan kepadaku.
Nelayan Tua : He... he… he ... kini engkau berkilah … Tapi baiklah … Apakah yang mengajarkanmu demikian, pernah melihat surga? Apakah mereka tahu pasti bahwa surga itu ada?
Santri Gondrong : Aku tak yakin. Yang kutahu ... mereka mengatakan surga itu ada karena itulah yang dikatakan Kitab Suci… !!!
Nelayan Tua : Oh ... jadi diapun belum pernah tahu dan melihat sendiri … !!!
Santri Gondrong : Lalu apa salahnya ... Bukankah yang dikatakan Kitab Suci itu pasti benar?
Nelayan Tua : Yang bilang salah siapa? Aku hanya ingin tanya, Apakah pemahamanmu, dan pemahaman orang-orang yang mengajarimu tentang yang dikatakan di dalam Kitab Suci itu pasti benar?
Santri Gondrong : Kalau boleh jujur, kemungkinannya bisa benar ya bisa salah ... !!!
Nelayan Tua : Lalu, apa yang bisa menjadi tolak ukur bahwa pemahaman itu benar atau salah … !!!!
Santri Gondrong : Bukankah..pemahaman terhadap Kitab Suci itu sudah baku? Bukankah semua ulama memahami bahwa memang surga itu seperti yang dikatakan di dalam kitab suci, dan bahwa itu hanya diperuntukkan bagi orang Islam?
Nelayan Tua : Itulah masalahnya … Kamu menganggap sesuatu yang cuma merupakan pemahaman, persepsi, hasil olah pikiran sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan baku … !!!
Santri Gondrong : Lalu …Bagaimana semestinya ?
Nelayan Tua : Mari kita bicara tentang sebuah samudera. Menurutmu ... Bagaimana caranya agar kita bisa tahu tentang samudera itu? Apakah kita sudah punya alat untuk mengetahuinya?
Santri Gondrong : Dengan mataku, aku bisa melihat permukaan samudera yang biru … kadang aku bisa melihat kapal berlayar di permukaan samudera itu.
Nelayan Tua : Baik … Lalu apa yang ada di balik permukaan samudera itu? Ada apa di kedalamannya?
Santri Gondrong : Aku bisa menduga-duga dengan pikiranku..mungkin di dalamnya banyak ikan,,, mungkin juga ada terumbu karang atau barangkali ada kapal selam ... !!!
Nelayan Tua : Apakah pasti demikian yang ada di dalam samudera?
Santri Gondrong : Ya belum tentu ... !!!
Nelayan Tua : Satu2nya cara untuk mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam samudera itu kamu harus menyelam. Kamu harus masuk ke kedalaman ... !!!
Santri Gondrong : Tentu saja ...
Nelayan Tua : Lalu bagaimana caranya agar kamu bisa tahu hakikat surga?
Santri Gondrong : Pertama,,, aku sekadar mempercayai apa yang dikatakan oleh orang yang menurutku pintar… Kedua, aku gunakan akalku untuk menduga-duga seperti apa surga itu. Tapi jelas, aku memang tak akan tahu banyak tentang surga jika begitu. Yang paling mungkin membuat aku tahu kebenaran surga,,, ya aku harus masuk dulu ke situ ... Aku harus menyaksikannya langsung … !!!
Nelayan Tua : Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukannya?
Santri Gondrong  : Bukankah itu tak perlu? Bukankah sudah ada kitab suci? Bukankah sudah ada ulama yang membimbing kita?
Nelayan Tua : Kalau kau tak lakukan,,, kau tak akan pernah tahu kebenaran sesungguhnya… kau hanya akan terus dalam praduga, prasangka… Bahkan sejatinya, kau juga tak akan tahu apakah yang selama ini kau yakini, yang kau terima sebagai ajaran dari sekian banyak orang yang kau anggap pandai itu, benar atau salah … !!!
Santri Gondrong : Anda benar…..tapi mungkinkah?
Nelayan Tua : Di dalam dirimu… Sesungguhnya ada pintu gerbang untuk mengetahui hakikat kebenaran yang selama ini tersembunyi?
Santri Gondrong : Apa itu ??? Aku tak pernah mendengar hal itu … !!!
Nelayan Tua : Ha ... ha … ha ….
Santri Gondrong : Mengapa tertawa ???
Nelayan Tua : Kau naif sekali… Kau yakin sekali sebagai pemilik tunggal surga, tapi hal sepele begitupun kau tak tahu ... !!!
Santri Gondrong : Ajari aku… aku sadar bahwa aku memang naif.
Nelayan Tua : Untuk bisa menemukan gerbang itu kau harus melakukan banyak hal: kau harus singkirkan kedengkian, amarah, keserakahan, dan berbagai keburukan lainnya dari dalam hatimu ... !!! Lalu, kau sering-seringlah memasuki alam keheningan..buat pikiranmu diam sejenak..biarkan dirimu berhubungan dengan suara di dalam hatimu… Berikutnya… kau harus berbuat baik kepada semua yang ada di sekitarmu… termasuk kepada pepohonan, bebatuan, langit, penghuni langit, tetangga, leluhur, dan semuanya … !!!
Santri Gondrong : Berat sekali ...
Nelayan Tua : Ha, ha.. ha ... begitu saja sudah berat kok yakin jadi pemilik surga … !!!
Santri Gondrong : Dalam hati aku misuh misuh pada diriku sendiri… Diampuuuuuuttt … aku memang GEMBLUNG..!!.
Nelayan Tua : Ya sudah,,, berhubung sudah larut kita akhiri jagongan ini, istirahat dulu bukannya besok kau akan menyelam??? nanti kau akan tahu sendiri keindahan di dalam laut setelah kau menyelaminya sendiri bukan dari cerita2 yg dituliskan orang lain dalam buku ... !!!
Santri Gondrong : Baik pak, terima kasih sudah bersedia menemani dan mengantarkan saya menyelam besok pagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar