Translate

Jumat, 29 Mei 2015

Renungan Kehidupan

Renungan Lir ilir




Bisakah luka yang teramat dalam ini nanti akan sembuh ???
Bisakah kekecewaan bahkan keputus asaan yang mengiris-iris hati berpuluh-puluh juta saudara kita ini pada akhirnya nanti akan kikis ... !!!
Adakah kemungkinan  kita akan bisa merangkak naik kebumi dari jurang yang teramat curam dan dalam ??? Akankah api akan berkobar-kobar lagi ??? apakah asap akan membubung lagi ??? dan memenuhi angkasa TANAH AIR ... !!!
Akankah kita semua akan bertabrakan lagi satu sama lain, jarah menjarah satu sama lain dengan pengorbanan yang tidak akan terkirakan ???
Adakah kemungkinan kita tahu apa yang sebenarnya sedang kita jalani ???
Bersediakah kita sebenarnya untuk tahu persis apa yang sesungguhnya kita cari ???
Cakrawala yang manakah yang menjadi tujuan sebenarnya dari langkah-langkah kita ???
Pernahkah kita bertanya bagaimana cara melangkah yang benar ???
Pernahkah kita mencoba menyesali hal-hal yang barangkali memang perlu disesali dari prilaku-prilaku kita yang kemarin ???
Bisakah kita menumbuhkan kerendahhatian dibalik kebanggaan-kebanggaan ???
Masih tersediakah ruang didalam dada kita dan akal kepala kita untuk sesekali berkata kepada diri sendiri Bahwa yang bersalah bukan hanya mereka, bahwa yang melakukan dosa bukan hanya ia, tetapi juga kita !!!
Masih tersediakah peluang didalam kerendahan hati kita untuk mencari apapun saja yang kira-kira kita perlukan meskipun barangkali menyakitkan diri kita sendiri
Mencari hal-hal yang kita benar-benar butuhkan agar supaya sakit, sakit, sakit kita ini benar-benar sembuh total.
Sekurang-kurangnya dengan perasaan santai kepada diri sendiri untuk menyadari dengan sportif bahwa yang mesti disembuhkan itu nomor satu bukan yang diluar diri kita tetapi didalam diri kita
Yang kita perlu utama lakukan adalah penyembuhan diri yang kita yakini bahwa harus betul-betul disembuhkan justru adalah segala sesuatu yang berlaku didalam hati dan akal pikiran kita
Saya ingin mengajak engkau semua memasuki dunia ilir-ilir

Ilir-ilir…
Ilir-ilir…
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar

kanjeng sunan Ampel seakan-akan baru hari ini bertutur kepada kita
tentang kita, tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri
namun tidak kunjung sanggup kita mengerti
sejak 5 abad silam syair itu ia telah lantunkan dan tidak ada jaminan bahwa sekarang kita sudah faham
padahal kata-kata beliau itu mengeja kehidupan kita ini sendiri, alfa-beta, alif, ba’, ta’, kebingungan sejarah kita dari hari ke hari
sejarah tentang sebuah negeri, yang puncak kerusakannya terletak pada ketidaksanggupan para penghuninya untuk mengakui betapa kerusakan itu sudah sedemikian tidak terperi
“menggeliatlah dari mati mu” tutur sang sunan
Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh tahun bangkitlah dari nyenyak tidur panjangmu sungguh negeri ini adalah penggalan surga,
surga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya dan cipratan keindahannya itu bernama INDONESIA RAYA
kau bisa tanam benih kesejahtraan apa saja diatas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan
tidak mungkin kau temukan makhluk Tuhan mu kelaparan ditengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini
bahkan bisa engkau selenggarakan dan rayakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang bisa dicapai oleh negeri-negeri lain yang manapun
namun kita memang telah tidak mensyukuri rahmat sepenggal surga ini
kita telah memboroskan anugerah Tuhan ini melalui cocok tanam ketidakadilan dan panen-panen kerakusan …

Cah angon - cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu - lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro

kanjeng sunan tidak memilih figur, misalnya pak jendral-pak jendral, juga bukan intelektual-intelektual, ulama’-ulama’, seniman-seniman, sastrawan-sastrawan, atau apa pun tetapi cah angon - cah angon
beliau juga menuturkan, penekno blimbing kuwi, bukan penekno pelem kuwi, bukan penekno sawo kuwi, bukan penekno buah-buah yang lain tapi blimbing, berbujur lima, terserah apa tafsirmu mengenai Lima.
yang jelas harus ada yang memanjat pohon yang licin itu,lunyu-lunyu penekno, agar blimbing bisa kita capai bersama-sama dan yang harus memanjat adalah bocah angon, anak gembala, tentu saja dia boleh seorang doktor, boleh seorang seniman, boleh seorang kyai, boleh seorang jendral, atau siapa pun namun ia harus memiliki daya angon daya menggembalakan, kesanggupan untuk ngemong semua pihak. karakter untuk merangkul dan memesrahi siapa saja sesama saudara sebangsa. Determinasi yang menciptakan garis resultan kedamaian bersama, pemancar kasih sayang yang dibutuhkan dan diterima oleh semua warna, semua golongan, semua kecendrungan. Bocah angon adalah seorang pemimpin nasional bukan tokoh golongan atau pemuka suatu gerombolan.
Selicin apapun pohon-pohon tinggi reformasi ini sang bocah angon harus memanjatnya, harus dipanjat sampai selamat memperoleh buahnya, bukan ditebang, dirobohkan, atau diperebutkan dan air saripati blimbing berbujur lima itu diperlukan oleh bangsa ini untuk mencuci pakaian nasional. Pakaian adalah akhlak, pakaian adalah sesuatu yang menjadikan manusia bukan binatang. Kalau engkau tidak percaya berdirilah engkau didepan pasar dan copotlah pakaianmu maka engkau kehilangan segala macam harkatmu sebagai manusia. Pakaian lah yang membuat manusia bernama manusia, pakaian adalah pegangan nilai, landasan moral dan sistem nilai. Sistem nilai itulah yang harus kita cuci dengan pedoman LIMA.


Dodotiro - dodotiro
Kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak o, surak hiyo

Dodotiro - dodotiro kumitir bedhah ing pinggir, pakaian kebangsaan kita, harga diri nasionalisme kita telah sobek-sobek oleh tradisi penindasan, oleh tradisi kebodohan, oleh tradisi keserakahan yang tidak habis-habis
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore, harus kita jahit kembali, harus kita benahi lagi, harus kita utuhkan kembali agar supaya kita siap untuk menghadap ke masa depan
Memang kita sudah lir-ilir, sudah ngliler, sudah terbangun dari tidur. Sudah bangun, sudah bangkit sesudah tidur terlalu nyenyak selama 30 tahun atau mungkin lebih lama dari itu. Kita memang sudah bangkit, beribu-ribu kaum muda berjuta-juta rakyat sudah bangkit keluar rumah dan memenuhi jalanan, membanjiri sejarah dengan semangat menguak kemerdekaan yang terlalu lama diidamkan, akan tetapi mungkin terlalu lama kita tidak merdeka sekarang kita tidak begitu mengerti bagaimana mengerjakan kemerdekaan sehingga tidak paham beda antara demokrasi dan anarki, terlalu lama kita tidak boleh berfikir lantas sekarang hasil fikiran kita keliru-keliru sehingga tidak sanggup membedakan mana asap mana api, mana emas mana loyang, mana nasi dan mana tinja, terlalu lama kita hidup didalam ketidak menentuan nilai lantas sekarang semakin kabur pandangan kita atas nilai-nilai yang berlaku didalam diri kita sendiri sehingga yang kita jadikan pedoman kebenaran hanyalah kemauan kita sendiri, nafsu kita sendiri, kepentingan kita sendiri
Terlalu lama kita hidup dalam kegelapan sehingga kita tidak mengerti bagaimana melayani cahaya, sehngga kita tidak becus mengursi bagaimana cahaya terang, sehingga didalam kegelapan gerhana rembulan yang membikin kita buntu sekarang, kita junjung-junjung penghianat dan kita buang-buang para pahlawan, kita bela kelicikan dan kita curigai ketulusan.
Satu tembang tidak selesai ditafsirkan dengan seribu jilid buku, satu lantunan syair tidak selesai ditafsirkan dengan waktu seribu bulan dan seribu orang melakukannya
Aku ingin mengajakmu untuk berkeliling, untuk memandang warna-warni yang bermacam-macam dengan membiarkan mereka dengan warnanya masing-masing agar kita mengerti dengan hati dan ketulusan kita, apa muatan kalbu mereka mengenai ilir-ilir, mengenai ijo royo-royo, mengenai temanten anyar, mengenai bocah angon dan belimbing, mengenai mbasuh dodotiro, mengenai kumitir bedhah ing pinggir, yang akan kita bicarakan tentu saja kapan saja bersama-sama. Tapi aku ingin mengajakmu untuk mendengarkan, siapa saja diantara saudara-saudara kita tanpa perlu kita larang-larang untuk menjadi ini atau untuk menjadi itu asalkan kita bersepakat bahwa bersama-sama mereka semua kita akan menyumbangkan yang terbaik bagi semuanya bukan hanya bagi ini atau itu, bukan hanya bagi yang disini atau yang disana.

Oleh : Emha Ainun Najib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar